Kamis, 28 Januari 2010

nyamuk tidak suka menggigit orang stress

nyamuk tidak suka menggigit orang stress


Gigitan Nyamuk. Jika anda termasuk salah satu orang yang selama ini paling suka dikerubungi dan digigiti nyamuk, ada kemungkinan anda termasuk orang yang kurang atau jarang stres. Lho, apa hubungannya? Itulah yang kini masih dipelajari oleh sejumlah tim peneliti di Inggris. Bisa jadi memang ada hubungannya – antara ‘tendensi’ nyamuk dan level stres manusia.

Di dunia keilmuan, serangga memang sudah cukup lama dikenal memiliki kemampuan luar biasa dalam mengenai bau-bauan, yang pada akhirnya berhubungan dengan calon mangsa mereka. Nyamuk pun tak terkecuali punya kemampuan yang sama. Namun begitu, penelitian terhadap apa yang bisa menarik atau menolak nyamuk, dengan mengamati 300-400 bahan kimia tertentu yang diproduksi tubuh manusia, jelas sama sekali tidak mudah.

Untunglah, sekelompok peneliti dari Rothamsted Research di Inggris, baru-baru ini bisa jadi sudah menemukan sedikit petunjuk ke arah itu. Tepatnya, mereka menemukan kemungkinan penyebab kenapa di antara manusia yang menjadi mangsa nyamuk, selama ini ada orang-orang yang rajin digigiti dan ada pula yang justru tidak atau jarang. Petunjuk itu ada pada sejumlah zat kimia tertentu yang tampaknya berlebihan dikeluarkan oleh kelompok orang yang ‘tak disukai’ nyamuk tersebut ketimbang pada orang yang ‘laris-manis’ sebagai mangsa.

Zat kimia dimaksud, lebih jauh disebutkan berhubungan dengan level situasi mental atau pikiran seseorang, atau yang bisa disimpulkan sebagai suasana stres. Hanya saja, belum bisa dipastikan mana saja zat kimia yang tepat dalam hal ini. Namun jika sudah ditemukan, itu akan bisa diolah menjadi zat penolak paling ampuh dibanding ramuan yang ada sekarang, yang rata-rata dilaporkan mengandung zat kimia DEET yang disebut-sebut punya resiko menimbulkan kanker.

“Nyamuk terbang mengikuti ‘jaringan’ bahan-bahan kimia di udara, dan terutama akan tertarik pada zat tertentu yang mempertemukan mereka dengan manusia. Namun ketika kombinasi zat kimia yang dikeluarkan seorang manusia ‘tercium’ berbeda atau salah, si nyamuk pun akan gagal mengenali calon mangsanya,” ungkap Dr James Logan, salah seorang peneliti di Rothamsted.

Penelitian terhadap bau-bauan dari tubuh manusia yang bisa dikenali nyamuk ini, serta kenapa sebagian orang rentan digigit sementara sebagian lainnya tidak, sebenarnya sudah berjalan cukup lama. Setidaknya tercatat sejak era 1990-an, di mana ahli kimia Ulrich Bernier, yang kini bekerja di Departemen Pertanian AS, memulai pencarian terhadap apa yang disebutnya sebagai “zat ajaib” manusia yang menjadi daya tarik bagi nyamuk-nyamuk itu.

Salah satu zat dimaksud contohnya adalah karbon dioksida, yang dikeluarkan lewat kulit dan hembusan nafas, serta asam laktik yang banyak muncul di kulit terutama saat beraktivitas fisik berat seperti olahraga. Namun begitu, nyatanya menurut Dr Logan pula, dalam perkembangan penelitian belakangan, diketahui bahwa sebenarnya semua manusia mengeluarkan zat-zat yang kurang lebih sama, yang disukai oleh para nyamuk. Di antara itulah, ternyata ada orang-orang yang justru mengeluarkan zat kimia tertentu lebih banyak dibanding yang lain, yang lantas membuat mereka terhindar dari nyamuk, di mana salah satu pemicunya (zat itu) diyakini adalah kondisi stres.

0 komentar:

Posting Komentar